Rabu, 31 Maret 2021

Relung Merenung

( nulisku tanpa ilmu, nanging soko krentek ing atiku)

Kalau hatimu merasa gundah gulana, itu pertanda jika dirimu kurang membuat senang, tertawa pada sesama dan padaNYA.

Kalau hidupmu merasa banyak masalah, itu berarti dirimu kurang banyak berbuat kebaikan pada sesama dan padaNYA.

Kalau hidupmu merasa lapar dahaga , itu berarti dirimu kurang gentur tirakat kepadaNYA.

Kalau ilmu serasa kurang bermakna, itu berarti dirimu kurang mensifati gayuhing ilmu dan laku bekti padaNYA.

Kalau dirimu pening memikirkan kahanan, itu berarti dirimu lupa batas kemampuanmu dan batas tugasmu hingga menjadi tinggi angan, gede rasa mampu menyelesaikan segala masalah luasnya kahanan, lupa pembagian tugas dan wewenang yang tuhan amanatkan.

Relung Renung
Madep mantep tanpo nyawang tujuane liyan.
Pasrahke tanggung jawabe kahanan marang tugase dewe-dewe.
Legowo narimo keputusan Gustine, tansah nyuwun barokahe.

Relung Renung
Menahan dirimu, dalam ucapan, dalam komentar jika bukan wewenang dan dasar ilmu dan amanah dari Tuhanmu. Itu lebih beradab menyikapi takdir, masalah itu indah jika sirna dengan kebaikan dan dasar ujian ketabahan dalam gayuh berkah barokah ing alam tujuan kelanggengan.

Matur Suwun.
Share: 

Kamis, 25 Maret 2021

Pertemuan dengan Anakku

Nak, sebab apa Ayah bertemu denganmu malam ini.
Yang mungkin juga terlalu siang untuk menuliskanmu.

Dirimu sangat cantik, pipi dan matamu indah sama persis dengan Bundamu. Kau sudah cukup besar nak bahkan ayah kualahan saat akan menggendongmu. Walau kau masih kanak-kanak namun kau sudah terlihat seperti seorang gadis.

Oh iya nak, entah gambar itu waktu kapan, kita bertiga kompak perpakaian Kaos hitam, berwisata bersama-sama. Masih dengan bundamu yg sangat senang menguncir rambutmu di sebelah kanan, sedang dirinya masih dengan kunciran rambut di belakang, serta ayahmu? masih malas mengurus rambutnya. hahaha

Situasi dengan penuh Cinta dan kegembiraan. Seperti tak mau cepat berlalu pertemuan ini, Kau memilih suatu kota untuk kita berwisata bersama, dimana Ayah dan Bundamu dulu banyak menghabiskan waktu disana untuk sekedar melepas lelah ataupun membicarakan tentang kita bertiga.
Nak, sebelum engkau hadir sebagai hadiah untuk Ayah Bundamu engkau sudah ada nak.
Gurat senyum dan tawa di pipimu adalah hasil dari pahit manisnya kisah orang tuamu.

Di suatu tempat dimana kau masih asik dengan gendongan ayahmu serta bundamu yg sibuk mengabadikan momen yg ada. Tempat dimana gelap dan cahaya bertemu, Penuh suka cita ketika Kau digendong ayahmu, tercium bau shampo yang biasa bunda pakaikan untukmu. Bundamu berjalan di depan tertawa-tawa membuat Story di Sosial Medianya, kita bertiga berada dalam satu Frame yg sama penuh canda dan tawa.

Kau sama dengan anak-anak seumuranmu, sangat senang ketika berada diantara gandengan Ayah dan Bundamu. 
Tepat di ujung dari tempat kita berdiri ini, berjajar seniman dan pujangga yg menampilkan karyanya.
Tetlihat bundamu tertarik dengan satu lukisan berukuran 30x50cm yang berulang kali dipegang dan dilihatnya. Yang biasanya Ayahmu selalu tertarik dengan karya seni, kali ini tidak ada satupun karya sesorang yg membuat Ayahmu tertarik untuk melihatnya.

Engkaupun terlihat tak tertarik nak, entah bosan atau apa dengan manja kau memeluk Ayahmu bercanda berdua sembari menunggu Bundamu yang masih sibuk melihat-lihat lukisan yang dipajang. 
Ayahmu tersadar mengapa karya yang dipajang tidak ada satupun yang menarik. Karena tepat disampingnya ada Karya yang sedang memeluknya. Ya nak, engkaulah karya masterpiece yang tak ada satu orang pun yang mampu menghadirkannya.

Dari mana engkau hadir, dari mana engkau ada.
Yang pasti, Engkau ada sebelum engkau ada. Engkau terlahir dan diasuh oleh Kelapangan hati seorang pujangga, serta Kerelaan Hati seorang wanita. Engkau akan tumbuh dewasa dari ke-Ikhlasan mereka berdua.

Terima kasih nak, atas pertemuan ini.
Maaf jikalau ayahmu tak bisa menuliskan semuanya.
Salam untuk Bundamu.

Magelang.
25/3/2021
Share: 

Kamis, 25 Februari 2021

Menangkap Cahaya

Dalam meniti jalan Tuhan dan mencari kesejatian diri, mungkin ilmu yang Kita miliki sangat jauh dari sempurna. 

Namun fahamilah, Allahlah yang akan menyempurnakannya, memperbaiki titik demi titik celah kita karena DIA Maha menutupi aib kita. 

Asalkan Kita memiliki cukup keyakinan untuk terus berjalan dan melangkah kepadaNYA. Maka penambahan demi penambahan ilmu dariNYA akan Kita peroleh. 

Fahamilah ora ono opo-opo itu adalah kahanan jati (keadaan sejati), karena Dzat Allah itu ada dalam ketiadaan (ora ono opo-opo)

oleh sebab itu ora ono opo-opo adalah DZATNYA itu sendiri. tetaplah BERLAKU BODOH dan 
ORA ONO OPO-OPO.

Ngilmu iku kelakone Kanti laku
Ilmu itu bisa dikuasai karena sebuah perjalanan.

ilmu itu, tak boleh lagi "katanya bin katanya", namun dijalani, diresapi dan dirasakan sendiri, barulah kesimpulan dari sekian lamanya waktu belajar itu bisa kita ambil.

Orang yang tak menjalani sendiri, diumpamakan orang buta yang menerka-nerka dari luar, apa yg ada didalam kotak yg terbungkus. 

Yang menjalani, mengerti dengan haqqul yakin apa yang dirasakannya dalam hatinya.

Semua yang kita dapatkan dari buku2 dan tulisan2, apalagi cuma sekedar katanya atau bahkan baru baca dari hasil Googling di Internet, semua itu adalah sesuatu yang bersifat menambah wawasan saja.

Bedakan antara mana yang disebut ILMU atau Nur dan mana yang disebut WAWASAN atau Nar.
"Cahaya itu hanya bisa ditangkap dengan cahaya, ilmu itu hanya bisa engkau tangkap dengan ketawadhu'an". 

Tawadhu' adalah membuka dadamu, membuka gerbang hatimu bagi penyerapan cahaya. Penyerapan ilmu itu adalah urusan "dari hati ke hati", bukan urusan "dari tulisan ke otak kita".
Share: