Senin, 02 Mei 2022

Ternyata kita keliru

Kita melihat hidup orang lain begitu nikmat, Ternyata ia hanya menutupi kekurangannya tanpa berkeluh kesah..
Kita melihat hidup teman-teman kita tak ada duka dan kepedihan, Ternyata ia hanya pandai menutupi dengan mensyukuri..
Kita melihat hidup saudara kita tenang tanpa ujian, Ternyata ia begitu menikmati badai ujian dalam kehidupannya..
Kita melihat hidup sahabat kita begitu sempurna, Ternyata ia hanya berbahagia “menjadi apa adanya”..
Kita melihat hidup tetangga kita beruntung, Ternyata ia selalu tunduk pada Tuhan untuk bergantung..
Maka Kita merasa tidak perlu iri hati dengan rejeki orang lain..
Mungkin Kita tak tahu dimana rejeki kita.. Tapi rejeki kita tahu dimana diri kita..
Dari lautan biru, bumi dan gunung, Tuhan telah memerintahkannya menuju kepada kita…

Tuhan yang Maha pengasih menjamin rejeki kita, sejak 9 bulan 10 hari kita dalam kandungan ibu kita ...
Amatlah keliru bila berkeyakinan rejeki dimaknai dari hasil bekerja/berusaha. Karena bekerja adalah ibadah, sedang rejeki itu urusan-Nya..

Melalaikan kebenaran demi menghawatirkan apa yang dijamin-Nya, adalah kekeliruan berganda..
Manusia membanting tulang, demi angka-angka pendapatan dan simpanan gaji, yang mungkin esok akan ditinggal mati..
Mereka lupa bahwa hakekat rejeki bukan apa yang tertulis dalam angka, tapi apa yang telah dinikmatinya..

Rejeki tak selalu terletak pada pekerjaan kita, sang Pencipta menaruh berkat sekehendak-Nya..
Dan yang tidak boleh dilupakan, tiap hakekat rejeki akan ditanya kelak..
“Darimana dan digunakan untuk apa” 
Karena rejeki hanyalah “Hak Pakai”, bukan “Hak Milik”… Jangan lupa menjadi Berkat bagi orang lain ...
Share: