Senin, 14 Desember 2020

Ngelmu dan Kawruh

Mereka yang mengenal pengetahuan, belum tentu berilmu. Tahu bukan berarti menguasai, sementara ilmu baru akan menjadi ilmu setelah diamalkan dan dibuktikan secara nyata.
Itulah mengapa banyak orang Jawa, yang memang dasarnya dididik untuk merendah, selalu mengatakan bahwa mereka bukan orang berilmu. Melainkan hanya orang yang memiliki kawruh saja.

Apa Bedanya Ngelmu dan Kawruh?
Ngelmu artinya ilmu, sedangkan kawruh adalah pengetahuan. Kedua hal ini tidaklah sama. Meskipun bila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, perbedaannya seringkali tidak kentara.

Ilmu atau ngelmu itu mirip sebentuk petuah.
Semacam wejangan yang diturunkan. Sedangkan kawruh adalah wijenan, berasal dari kata ‘wiji’ yang berarti benih. Karena ilmu adalah sesuatu yang diwejangkan atau diturunkan, maka ilmu perlu diamalkan atau dipraktekkan.
Sedangkan kawruh adalah ilmu pengetahuan batin, yang didapat dan dijalankan orang apa adanya.
Berdasarkan perasaan batin mereka, berdasarkan apa yang mereka temui dalam hidupnya. Bukan sesuatu yang diberikan dengan tujuan untuk dipelajari dan dikuasai.
Ilmu itu ibaratnya senjata (gaman).
Kualitas sebuah senjata terbagi dua, yaitu enom (muda) dan tuwa (tua).
Untuk mengetahui kualitas ini, tentu senjata tersebut perlu digunakan lebih dulu. Tajam atau tidak, ampuh atau tidak.

Senjata yang enom (muda), berarti kurang ampuh, kurang sakti atau malah tumpul. Agar kita tahu apakah senjata ini tajam atau tidak, berarti senjata tersebut perlu digunakan lebih dulu. Itulah Ilmu.
Sedangkan kawruh, yang merupakan pengetahuan, berasal dari pengalaman dan pengamatan seseorang.

Kawruh tidak perlu dijajal, tidak perlu dipraktekkan. Tetapi cukup dijalani atau dirasakan saja. Itulah mengapa dikatakan, bahwa mereka yang punya kawruh (pengetahuan), belum tentu memiliki ngelmu (ilmu). Begitu pula sebaliknya.
Bila ngelmu itu ibarat senjata, maka kawruh itu ibarat benih padi. Bagaimana supaya benih ini tumbuh? Dimana sebaiknya ia ditanam, dan dengan cara seperti apa? Sebab benih padi, ibaratnya pengalaman, membutuhkan proses yang berjalan alami.
Namanya Ilmu itu susah dicari (ngelmu= angel ditemu/ sulit ditemukan), tetapi ia merupakan barang jadi. Dengan demikian maka ilmu diperoleh dalam wujud wejangan (entah amalan atau mantra) yang kemudian dipraktekkan untuk mendapatkan manfaatnya.

Sedangkan kawruh merupakan sesuatu yang tidak membutuhkan pembuktian. Ia muncul dari proses penghayatan, dari merasakan apa yang kita lakoni dalam hidup. Kawruh bersifat melekat dalam diri, tidak bersifat sakti dan tidak dapat disombongkan.

Oleh karena itu, manusia hendaknya tetap rendah hati meskipun berilmu tinggi. Karena ilmu pada dasarnya merupakan barang jadi. Apalah artinya gelar berderet-deret di belakang nama, bila tidak dipergunakan sebagaimana mestinya.

Seorang manusia itu, semakin banyak yang ia tahu, maka akan semakin ia merasa, bahwa dirinya tidak tahu apa-apa.

Demikianlah semoga Bermanfaat!
Share: 

1 komentar: